music mp3 player

Kamis, 06 Oktober 2011

 

Positive Thinking VS Positive Feeling 

Jika kapasitas pikiran bawah sadar lebih besar dari pikiran sadar, bisa dibilang, kunci sukses hidup kita adalah ketika kita tak lagi hanya mengandalkan pikiran (sadar) dalam menjalani kehidupan, melainkan juga mengandalkan perasaan hati (bawah sadar). Kalau pikiran sadar berhubungan dengan kinerja otak, berhubungan dengan kinerja apakah perasaan bawah sadar itu?


Pada zaman dahulu, para pakar Sumerian Assyrian menganggap manusia berpikir dan berperasaan dengan menggunakan organ hati (liver). Namun hal ini dibantah oleh Aristoteles yang beranggapan bahwa untuk berpikir dan berperasaan, manusia menggunakan jantung (heart). Kedua pendapat ini membawa pengikut masing-masing, sehingga menggunakan istilah liver berkembang ke daerah Selatan, terutama Asia, dan heart berkembang ke Utara, khususnya di Eropa.
Yang terjadi kemudian, penduduk belahan bumi selatan mengungkapkan perasaannya (“hatiku sangat senang”, “sungguh menyesakkan hati”) sambil menyentuh daerah hati atau liver, sementara penduduk belahan bumi utara menyentuh daerah jantung (“I love you with all my heart”, “My heart was broke”).
Namun perkembangannya kemudian semakin rancun, terutama di negera tetangga kita, Indonesia. Heart yang dimaksudkan sebagai jantung diterjemahkan menjadi “hati”. Maka ketiak mengatakan “kau selalu ada di dalam hatiku” (You always in my heart), yang selalu kita raba adalah daerah jantung (di dada), bukan hati (di ulu hati).
Oleh karena itu kerancuan masalah pemahaman tentang hati dan jantung ini maka hingga sekarang pun orang menganggap hati sebagai kualitas subjektif. Saat seseorang mengatakan “hatiku hancur”, itu artinya perasaan atau emosinyalah yang hancur atau sedih. Pula, kalimat “hatiku sedang berbunga-bunga” menunjuk pada perasaan seseorang yang sedang bergembira.
Padahal sebenarnya, hati itu objektif, berupa benda. Seseorang yang memikirkan pemutusan hubungan sepihak yang baru dilakukan kekasihnya, maka hatinya akan merasakan sedih. Seseorang yang memikirkan kenaikan gajinya ternyata melebihi karyawan yang lain, maka hatinya akan merasakan kegembiraan.
Pertanyaanya, betulkah (organ) yang merasakan itu? Betulkah (organ) hati yang berhubungan dengan otak? Jawabnya : tidak.
Jantunglah yang merasakan apa yang otak pikirkan. Ketika kita berpikir takut, jantunglah yang berdebar, bukan hati. Ketika pikiran Anda kacau atau stress (marah, cemas, dan sebagainya), maka pola irama jantung Anda menjadi tidak normal, bahkan bisa berakibat negative pada kesehatan fisik Anda.
Para ahli menyebutkan, jantung mempunyai system komunikasi yang lebih luas dan jauh dengan otak daripada yang dilakukan organ tubuh yang lain. Jadi, sebenarnya jantung dan otaklah yang komunikasinya lebih intens.
Ilmu pengetahuan berhasil membuktikan bahwa kualitas elektornik magnetic jantuk 5000 kali lebih kuat daripada otak. Dengan kata lain, kalu positive thinking memakai 1 watt, maka positive feeling memakai tenaga 5000 watt. Karena itulah mengapa positive feeling lebih powerful disbanding positive thingking. Positive feeling menggunakan vibrasi yang tinggi, bersifat cinta, damai, penuh kasih, sehingga vibrasinya pun lebih dekat dengan vibrasi Tuhan.
Jantung, kata para ilmuwan, juga mempunyai “otak” sendiri yang membuat ia bekerja secara otomatis tanpa perlu menunggu perintah dari otak kepala kita. Detak jantung dan pekerjaan memompa darah, misalnya.
Dengan berbagai kenyataan seperti itu, mulai sekarang tak ada salahnya kalau kita mulai “berpikir” dengan jantung. Mulai sekarang serahkan kepemimpinan dalam berperasaan pada jantung. Biarkan dia yang berpikir, menghayati, dan merasakan. Oleh karena dengan demikian, pencapaian keinginan kita niscaya akan lebih powerful.
Jadi mulai hari ini, Kalau Anda menemukan kata “hati”, itu berarti kita menunjuk ke “jantung”.
Rangkuman :
Positive Thinking : Anda akan mendapat apa yang paling sering anda pikirkan.
Positive Feeling : Anda akan mendapat apa yang paling sering anda rasakan,
ketika anda memikirkannya.
Sumber : The Power of Positive Feeling, by : Malik Dzain

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar