music mp3 player

Senin, 23 Januari 2012

Menerima Angpao Dari Orang Kafir

Menerima Angpao Dari Orang Kafir







Bismillah,

Pertanyaan:

Asalamu`alaykum warohmatullahiwabarokatuh..
afwan akh mau tanya..
apa hukum menerima angpao dari orang kafir?

mohon kesudian untuk menjawab,karena tanya2 belom dapat jawaban,syukron...

(Zaenah)


Jawaban:

(Abu Muhammad Herman)

Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Insya Allah tidak apa menerima angpao dari orang kafir.

Syaikhul Islam mengatakan:

“Menerima hadiah orang kafir pada hari raya mereka, telah ada dalilnya dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu’anhu bahwa beliau mendapatkan hadiah pada hari raya Nairuz (perayaan tahun baru orang majusi), dan beliau menerimanya.”

Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, bahwa ada seorang wanita bertanya kepada Aisyah radhiallahu’anha, Kami memiliki seorang ibu susu beragama majusi. Ketika hari raya, mereka memberi hadiah kepada kami. Kemudian Aisyah menjelaskan:

“Jika itu berupa hewan sembelihan hari raya maka jangan dimakan, tapi makanlah buah-buahannya.”

Semua riwayat ini menunjukkan bahwa ketika hari orang kafir, tidak ada larangan untuk menerima hadiah dari mereka. Akan tetapi, hukum menerima ketika hari raya mereka dan di luar hari raya mereka, sama saja. Karena menerima hadiah tidak ada unsur membantu mereka dalam menyebar syiar agama mereka." (Iqtidha’ Shirat al-Mustaqim, 2: 5)

Dengan demikian, dibolehkan menerima hadiah dari orang nasrani ketika natal dengan persyaratan berikut:

1. Hadiah tersebut bukan berupa daging hewan yang disembelih untuk acara natal.

2. Hadiah tersebut bukan termasuk benda yang menjadi ciri khas mereka, seperti topi santaklaus.

3. Ketika menerima hadiah, dia menjelaskan kepada keluarganya tentang sikap yang dia lakukan.

4. Tujuan menerima hadiah adalah dalam rangka mengambil hati dan mencari simpati mereka terhadap islam, bukan karena mencintai dan mendukung hari raya mereka.

Bagaimana jika kita diberi hadiah yang tidak boleh diterima?

Kita harus menolaknya sambil menjelaskan alasannya, mengapa hadiah ini ditolak. Sampaikan dengan bahasa santun, dan tidak menyinggung perasaan. Dengan ini, orang tersebut akan menghargai keadaan kita. Misalnya: mohon maaf, bukan karena saya membenci (Anda), tapi karena agama kami melarangnya, atau kalimat semacamnya. Terakhir, selayaknya seorang muslim harus merasa bangga dengan agamanya dan berusaha menerapkan semua aturannya. Jangalah dia beralasan dengan rasa malu, ‘pekewoh’, dst. untuk melampiaskan bentuk toleransi beragama yang berlebihan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar