music mp3 player

Sabtu, 10 Desember 2011

Perbedaan hadist qudsi dengan al qur’an


Perbedaan hadist qudsi dengan al qur’an

Hadits Qudsi berasal dari kata quds yang berarti menyucikan Allah. Hadis Qudsi ialah hadis yang oleh Nabi saw. disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:

`Rasulullah SAW mengataklan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan:

`Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.`

Contoh yang pertama:

`Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di waktu siang atau malam hari.`

Contoh yang kedua:

`Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata: ` Allah ta`ala berfriman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu.`

Perbedaan Quran dengan Hadis Qudsi
Ada beberapa perbedaan antara Quran dengan hadis qudsi yang terpenting di antaranya ialah:

a. Al-Quranul Kariam adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafalnya. Dan dengan itu pula orang arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Quran itu, atau sepuluh surah yang serupa itu, bahakan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.. sedang hadis qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.

b. Al- Quranul karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala telah berfirman, sedang hadis qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah hadis qudsi kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan. Maka dikatakan: `Allah telah berfirman atau Allah berfirman.` Dan terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah SAW tetapi nisbahnya adalah nisbah khabar, karena Nabi yang menyampaikan hadis itu dari Allah, maka dikatakan: Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.

c. Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadis qudsi itu sahih, terkadang hasan (baik ) dan terkadang pula da`if (lemah).

d. Al-Quranaul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu, baik dalam lafal maupun maknanya. Sedang hadis qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Leh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dengan maknanya saja.

e. Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca di dalam salat. `Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Qur`an itu`(QS. Al-Muzzammil: 20).

Nilai ibadah membaca Quran juga terdapat dalam hadis:

`Barang siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf`.

Sedang hadis qudsi tidak disuruhnya membaca di dalam salat. Alllah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala sperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan kebaikan.
Hadits Qudsi berasal dari kata quds yang berarti menyucikan Allah. Hadis Qudsi ialah hadis yang oleh Nabi saw. disandarkan kepada Allah. Maksudnya Nabi meriwayatkannya bahwa itu adalah kalam Allah. Maka rasul menjadi perawi kalam Allah ini dari lafal Nabi sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi maka dia meriwayatkannya dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah, dengan mengatakan:

`Rasulullah SAW mengataklan mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya`, atau ia mengatakan:

`Rasulullah SAW mengatakan: Allah Ta`ala telah berfirman atau berfirman Allah Ta`ala.`

Contoh yang pertama:

`Dari Abu Hurairah Ra. Dari Rasulullah SAW mengenai apa yang diriwayatkannya dari Tuhannya Azza Wa Jalla, tangan Allah itu penuh, tidak dikurangi oleh nafakah, baik di waktu siang atau malam hari.`

Contoh yang kedua:

`Dari Abu Hurairah Ra, bahwa Rasulullah SAW berkata: ` Allah ta`ala berfriman: Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila ia menyebut-Ku.bila menyebut-KU di dalam dirinya, maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila ia menyebut-KU dikalangan orang banyak, maka Aku pun menyebutnya di dalam kalangan orang banyak lebih dari itu.`

Perbedaan Quran dengan Hadis Qudsi
Ada beberapa perbedaan antara Quran dengan hadis qudsi yang terpenting di antaranya ialah:

a. Al-Quranul Kariam adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah dengan lafalnya. Dan dengan itu pula orang arab ditantang, tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Quran itu, atau sepuluh surah yang serupa itu, bahakan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku, karena Quran adalah mukjizat yang abadi hingga hari kiamat.. sedang hadis qudsi tidak untuk menantang dan tidak pula untuk mukjizat.

b. Al- Quranul karim hanya dinisbahkan kepada Allah, sehingga dikatakan: Allah ta`ala telah berfirman, sedang hadis qudsi terkadang diriwayatkan dengan disandarkan kepada Allah, sehingga nisbah hadis qudsi kepada Allah itu merupakan nisbah yang dibuatkan. Maka dikatakan: `Allah telah berfirman atau Allah berfirman.` Dan terkadang pula diriwayatkan dengan disandarkan kepada Rasulullah SAW tetapi nisbahnya adalah nisbah khabar, karena Nabi yang menyampaikan hadis itu dari Allah, maka dikatakan: Rasulullah SAW mengatakan mengenai apa yang diriwayatkan dari Tuhannya.

c. Seluruh isi Quran dinukil secara mutawatir, sehingga kepastiannya sudah mutlak. Sedang hadis-hadis qudsi kebanyakannya adalah khabar ahad, sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Ada kalanya hadis qudsi itu sahih, terkadang hasan (baik ) dan terkadang pula da`if (lemah).

d. Al-Quranaul Karim dari Allah, baik lafal maupun maknanya. Maka dia adalah wahyu, baik dalam lafal maupun maknanya. Sedang hadis qudsi maknanya saja yang dari Allah, sedang lafalnya dari Rasulullah SAW. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Leh sebab itu, menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dengan maknanya saja.

e. Membaca Al-Quranul Karim merupakan ibadah, karena itu ia dibaca di dalam salat. `Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Qur`an itu`(QS. Al-Muzzammil: 20).

Nilai ibadah membaca Quran juga terdapat dalam hadis:

`Barang siapa membaca satu huruf dari Quran, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf`.

Sedang hadis qudsi tidak disuruhnya membaca di dalam salat. Alllah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala sperti yang disebutkan dalam hadis mengenai membaca Quran bahwa pada setiap huruf akan mendapatkan kebaikan.




Perbedaan hadits qudsi dengan hadits nabawi

Hadis Nabawi Hadits dalam arti bahasa lawan dari kata qadim . Dan yg dimaksud hadis ialah tiap kata-kata yg diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia baik kata-kata itu diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga maupun dalam keadaan tidur. Dalam pengertian ini Alquran dinamakan hadis.
Hadis siapakah yg lbh benar selain dari pada Allah? {An-Nisa 87}.
Begitu pula yg terjadi pada manusia di waktu tidurnya juga dinamakan hadis.
.. dan engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil dari hadis-hadis-maksudnya mimpi. .
Adapun menurut istilah pengertian hadis ialah apa saja yg disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan perbuatan persetujuan maupun sifat. Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi saw. Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dgn niat. Dan tiap orang bergantung pada niatnya .
Yang berupa perbuatan ialah seperti ajarannya kepada para sahabat mengenai bagaimana cara mengerjakan salat kemudian ia mengatakan Salatlah seperti kamu melihat aku salat.
Juga mengenai bagaimana ia melaksanakan ibadah haji dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda Ambillah dariku manasik hajimu.
Adapun yg berupa persetujuan adl seperti ia menyetujui suatu perkara yg dilakukan salah seorang sahabat baik perkataan ataupun perbuatan; di hadapannya ataupun tidak tetapi beritanya sampai kepadanya seperti makanan biawak yg dihidangkan kepadanya. Dan persetujuannya dalam satu riwayat Rasulullah saw. mengutus orang dalam satu peperangan. Orang itu membaca suatu bacaan dalam salat yg diakhiri dgn qul huwallahu ahad. Setelah pulang mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw. lalu Rasulullah saw. berkata Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat demikian? Mereka pun menanyakan dan orang itu menjawab Kalimat itu adl sifat Allah dan aku senang membacanya. Maka Rasulullah saw. menjawab Katakan kepadanya bahwa Allah pun menyenangi dia. .
Yang berupa sifat adl riwayat seperti bahwa Rasulullah saw. selalu bermuka cerah berperangai halus dan lembut tidak keras dan tidak pula kasar tidak suka berteriak keras tidak pula berbicara kotor dan tidak juga suka mencela.
Hadis Qudsi Kita telah mengetahui makna hadis secara etimologi sedangkan qudsi dinisbatkan kepada kata quds. Nisbah ini mengesankan rasa hormat krn materi kata itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa. Maka kata taqdis berarti menyucikan Allah. Taqdis sama dgn tathir dan taqaddasa sama dgn tathahhara . Allah berfirman tentang malaikat .. padahal kami senantiasa bertasbih dgn memuji Engkau dan menyucikan Engkau .. .
Hadis qudsi adl hadis yg oleh Rasulullah saw. disandarkan kepada Allah.
Maksudnya Rasulullah saw. meriwayatkannya bahwa itu adl kalam Allah.
Maka Rasulullah saw. menjadi perawi kalam Allah ini dgn lafal dari Rasulullah saw. sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi dia meriwayatkannya dari Allah dgn disandarkan kepada Allah dgn mengatakan Rasulullah saw. mengatakan mengenai apa yg diriwayatkannya dari Tuhannya atau ia mengatakan Rasulullah saw. mengatakan ‘Allah Taala telah berfirman atau berfirman Allah Taala’.
Contoh Pertama Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw. mengenai apa yg diriwayatkannya dari Tuhannya Tangan Allah itu penuh tidak dikurangi oleh nafakah baik di waktu malam maupun siang hari .. .
Contoh Kedua Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. berkata Allah Taala berfirman ‘Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila dia menyebut-Ku di kalangan orang banyak Aku pun menyebutnya di kalangan orang banyak yg lbh baik dari itu ..’. .
Perbedaan Alquran dgn Hadis Qudsi Ada beberapa perbedaan antara Alquran dgn hadis qudsi dan yg terpenting adl sebagai berikut.
1. Alquran adl kalam Allah yg diwahyukan kepada Rasulullah saw. dgn lafal-Nya dan dgn itu pula orang Arab ditantang tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Alquran itu atau sepuluh surah yg serupa itu bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku krn Alquran adl mukjizat yg abadi hingga hari kiamat. Adapun hadis qudsi tidak utk menantang dan tidak pula utk mukjizat.
2. Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadis qudsi seperti telah dijelaskan di atas terkadang diriwayatkan dgn disandarkan kepada Allah sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adl nisbah dibuatkan. Maka dikatakan Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan terkadang pula diriwayatkan dgn disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adl nisbah kabar krn Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah saw. mengatakan apa yg diriwayatkan dari Tuhannya.
3. Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak. Adapun hadis-hadis qudsi kebanyakan adl kabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya hadis itu sahih hasan dan kadang-kadang daif.
4. Alquran dari Allah baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dgn maknanya saja.
5. Membaca Alquran merupakan ibadah krn itu ia dibaca dalam salat. Maka bacalah apa yg mudah bagimu dalam Alquran itu. .
Nilai ibadah membaca Alquran juga terdapat dalam hadis Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf laam satu huruf dan miim satu huruf. .
Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yg disebutkan dalam hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.
Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi Hadis nabawi itu ada dua. Pertama tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yg kandungannya diterima oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu ia menjelaskan kepada manusia dgn kata-katanya sendiri. Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah tetapi dari segi pembicaraan lbh layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw. sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yg mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yg diterima dari pihak lain.
Kedua taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yg disimpulkan oleh Rasulullah saw. menurut pemahamannya terhadap Alquran krn ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran atau menyimpulkannya dgn pertimbangan dan ijtihad.
Bagian kesimpulan yg bersifat ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya turunlah wahyu yg membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.
Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dgn kedua bagiannya yg tauqifi atau yg taufiqi dgn ijtiihad yg diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang Rasul-Nya Dia tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yg diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yg diturunkan kepadanya. .
Hadis qudsi itu maknanya dari Allah ia disampaikan kepada Rasulullah saw.
melalui salah satu cara penuturan wahyu sedang lafalnya dari Rasulullah saw. Inilah pendapat yg kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah Taala adl nisbah mengenai isinya bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dan Alquran dan tentu pula gaya bahasanya menuntut utk ditantang serta membacanya pun akan dianggap ibadah.
Mengenai hal ini timbul dua macam syubhat.
Pertama bahwa hadis nabawi juga wahyu secara maknawi yg lafalnya dari Rasulullah saw. tetapi mengapa hadis nabawi tidak kita namakan juga hadis qudsi. Jawabnya adalah kita merasa pasti tentang hadis qudsi bahwa ia diturunkan maknanya dari Allah krn adanya nas syara yg menisbahkannya kepada Allah yaitu kata-kata Rasulullah saw. Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Itu sebabnya kita namakan hadis itu hadis qudsi.
Hal ini berbeda dgn hadis nabawi krn hadis nabawi tidak memuat nas seperti ini. Di samping itu masing-masing isinya boleh jadi diberitahukan kepada Nabi melalui wahyu yakni secara tauqifi namun mungkin juga disimpulkan melalui ijtihad yaitu secara taufiqi. Oleh sebab itu kita namakan masing-masing dgn nabawi sebagai terminal nama yg pasti.
Seandainya kita mempunyai bukti utk membedakan mana wahyu tauqifi tentulah hadis nabawi itu kita namai pula hadis qudsi.
Kedua apabila lafal hadis qudsi itu dari Rasulullah saw. maka dgn alasan apakah hadis itu dinisbahkan kepada Allah melalui kata-kata Nabi Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Jawabnya ialah bahwa hal yg demikian ini biasa terjadi dalam bahasa Arab yg menisbahkan kalam berdasarkan kandungannya bukan berdasarkan lafalnya. Misalkan ketika kita mengubah sebait syair menjadi prosa kita katakana bahwa penyair berkata demikian. Juga ketika kita menceritakan apa yg kita dengar dari seseorang kita pun mengatakan si Fulan berkata demikian. Begitu juga Alquran menceritakan tentang Musa Firaun dan sebagainya isi kata-kata mereka dgn lafal yg bukan lafal mereka dan dgn gaya bahasa yg bukan gaya bahasa mereka tetapi dinisbahkan kepada mereka.
Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa ‘Datangilah kaum yg zalim itu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa? Berkata Musa ‘Ya Tuahnku aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka maka aku takut mereka akan membunuhku.’ Allah berfirman ‘Jangan takut {mereka tidak akan bisa membunuhmu} maka pergilah kami berdua dgn membawa ayat-ayat kami ; sesungguhnya kami bersamamu mendengarkan maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu ‘Sesungguhnya kami adl rasul Tuhan semesta alam lepaskanlah Bani Israil beserta kami.’ Firaun menjawab ‘Bukankah kami telah mengasuhmu di antara kami waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yg kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yg tidak membalas guna.’ Berkata Musa ‘Aku telah melakukannya sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yg khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yg kamu limpahkan kepadaku itu adl kamu telah memperbudak Bani Israil.’ Firaun bertanya ‘Siapa Tuhan semesta alam itu?’ Musa menjawab ‘Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yg di antara keduanya jika kamu sekalian mempercayainya’. .



Senin, 05 Desember 2011

Sepotong Senja untuk Pacarku

Sepotong Senja untuk Pacarku, by: Seno Gumira Adjidarma

oleh Malik Dzain pada 2 Desember 2009 jam 16:42
Alina tercinta,
Bersama surat ini kukirimkan padamu sepotong senja–dengan angin, debur ombak, matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap?

Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di jauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.

Kukirimkan sepotong senja ini untukmu Alina, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata.

Sudah terlalu banyak kata di dunia ini Alina, dan kata-kata, ternyata, tidak mengubah apa-apa. Aku tidak akan menambah kata-kata yang sudah tak terhitung jumlahnya dalam sejarah kebudayaan manusia Alina.

Untuk apa? Kata-kata tidak ada gunanya dan selalu sia-sia. Lagi pula siapakah yang masih sudi mendengarnya? Di dunia ini semua orang sibuk berkata-kata tanpa peduli apakah ada orang lain yang mendengarnya. Bahkan mereka juga tidak peduli dengan kata-katanya sendiri. Sebuah dunia yang sudah kelebihan kata-kata tanpa makna. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata bisa diganti artinya. Setiap arti bisa diubah maknanya. Itulah dunia kita Alina.

Kukirimkan sepotong senja untukmu Alina, bukan kata-kata cinta. Kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam ke balik cakrawala.

Alina yang manis, Alina yang sendu, Akan kuceritakan padamu bagaimana aku mendapatkan senja itu untukmu.

Sore itu aku duduk seorang diri di tepi pantai, memandang dunia yang terdiri dari waktu. Memandang bagaimana ruang dan waktu bersekutu, menjelmakan alam itu untuk mataku. Di tepi pantai, di tepi bumi, semesta adalah sapuan warna keemasan dan lautan adalah cairan logam meski buih pada debur ombak yang menghempas itu tetap saja putih seperti kapas dan langit tetap saja ungu dan angin tetap saja lembab dan basah, dan pasir tetap saja hangat ketika kuusapkan kakiku ke dalamnya.

Kemudian tiba-tiba senja dan cahaya gemetar.
Keindahan berkutat melawan waktu dan aku tiba-tiba teringat padamu.
“barangkali senja ini bagus untukmu,” pikirku. Maka kupotong senja itu sebelum terlambat, kukerat pada empat sisi lantas kumasukkan ke dalam saku. Dengan begitu keindahan itu bisa abadi dan aku bisa memberikannya padamu.

Setelah itu aku berjalan pulang dengan perasaan senang. Aku tahu kamu akan menyukainya karena kamu tahu itulah senja yang selalu kamu bayangkan untuk kita. Aku tahu kamu selalu membayangkan hari libur yang panjang, perjalanan yang jauh, dan barangkali sepasang kursi malas pada sepotong senja di sebuah pantai di mana kita akan bercakap-cakap sembari memandang langit sambil berangan-angan sambil bertanya-tanya apakah semua ini memang benar-benar telah terjadi. Kini senja itu bisa kamu bawa ke mana-mana.

Ketika aku meninggalkan pantai itu, kulihat orang-orang datang berbondong-bondong, ternyata mereka menjadi gempar karena senja telah hilang. Kulihat cakrawala itu berlubang sebesar kartu pos.

Alina sayang,
Semua itu telah terjadi dan kejadiannya akan tetap seperti itu. Aku telah sampai ke mobil ketika di antara kerumunan itu kulihat seseorang menunjuk-nunjuk ke arahku.

“Dia yang mengambil senja itu! Saya lihat dia mengambil senja itu!”

Kulihat orang-orang itu melangkah ke arahku. Melihat gelagat itu aku segera masuk mobil dan tancap gas.

“Catat nomernya! Catat nomernya!”

Aku melejit ke jalan raya. Kukebut mobilku tanpa perasaan panik. Aku sudah berniat memberikan senja itu untukmu dan hanya untukmu saja Alina. Tak seorang pun boleh mengambilnya dariku. Cahaya senja yang keemasan itu berbinar-binar di dalam saku. Aku merasa cemas karena meskipun kaca mobilku gelap tapi cahaya senja tentu cukup terang dilihat dari luar. Dan ternyata cahaya senja itu memang menembus segenap cahaya dalam mobilku,sehingga mobilku itu meluncur dengan nyala cemerlang ke aspal maupun ke angkasa.

Dari radio yang kusetel aku tahu, berita tentang hilangnya senja telah tersebar ke mana-mana. Dari televisi dalam mobil bahkan kulihat potretku sudah terpampang. Aduh. Baru hilang satu senja saja sudah paniknya seperti itu. Apa tidak bisa menunggu sampai besok? Bagaimana kalau setiap orang mengambil senja untuk pacarnya masing-masing? Barangkali memang sudah waktunya dibuat senja tiruan yang bisa dijual di toko-toko,dikemas dalam kantong plastik dan dijual di kaki lima. Sudah waktunya senja diproduksi besar-besaran supaya bisa dijual anak-anak pedagang asongan di perempatan jalan.

“Senja! Senja! Cuma seribu tiga!”

Di jalan tol mobilku melaju masuk kota.Aku harus hati-hati karena semua orang mencariku. Sirene mobil polisi meraung-raung di mana-mana. Cahaya kota yang tetap gemilang tanpa senja membuat cahaya keemasan dari dalam mobilku tidak terlalu kentara. Lagi pula di kota, tidak semua orang peduli apakah senja hilang atau tidak. Di kota kehidupan berjalan tanpa waktu, tidak peduli pagi siang sore atau malam. Jadi tidak pernah penting senja itu ada atau hilang. Senja cuma penting untuk turis yang suka memotret matahari terbenam. Boleh jadi hanya demi alasan itulah senja yang kubawa ini dicari-cari polisi.

Sirene polisi mendekat dari belakang. Dengan pengeras suara polisi itu memberi peringatan.

“Pengemudi mobil Porsche abu-abu metalik nomor SG 19658 A, harap berhenti. Ini Polisi. Anda ditahan karena dituduh telah membawa senja. Meskipun tak ada aturan yang melarangnya, tapi berdasarkan…”

Aku tidak sudi mendengarnya lebih lama lagi. Jadi kubilas dia sampai terpental keluar pagar tepi jalan. Kutancap gas dan menyelip-nyelip dengan lincah di jalanan. Dalam waktu singkat kota sudah penuh raungan sirene polisi. Terjadi kejar-kejaran yang seru.Tapi aku lebih tahu seluk-beluk kota, jalanan dengan cahaya yang bernmain warna, gang-gang gelap yang tak pernah tercatat dalam buku alamat, lorong-lorong rahasia yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang di bawah tanah.

Satu mobil terlempar di jalan layang, satu mobil lain tersesat di sebuah kampung, dan satu mobil lagi terguling-guling menabrak truk dan meledak lantas terbakar.Masih ada dua polisi bersepeda motor mengejarku. Ini soal kecil. Mereka tak pernah bisa mendahuluiku, dan setelah kejar-kejaran beberapa lama, mereka kehabisan bensin dan pengendaranya cuma bisa memaki-maki. Kulihat senja dalam saku bajuku. Masih utuh. Angin berdesir. Langit semburat ungu. Debur ombak menghempas ke pantai. Hanya padamulah senja ini kuserahkan Alina.

Tapi Alina, polisi ternyata tidak sekonyol yang kusangka. Di segenap sudut kotak mereka telah siap siaga. Bahkan aku tak bisa membeli makanan untuk mengisi perutku. Bahkan di langit tanpa senja, helikopter mereka menyorotkan lampu di setiap celah gedung bertingkat. Aku tersudut dan akhirnya nyaris tertangkap. Kalau saja tidak ada gorong-gorong yang terbuka.

Mobilku sudah kutinggal ketika memasuki daerah kumuh itu. Aku berlari di antara gudang, rumah tua,tiang serta temali. Terjatuh di atas sampah, merayapi tangga-tangga reyot, sampai seorang gelandangan menuntunku ke suatu tempat yang tak akan pernah kulupakan dalam hidupku.

“Masuklah,” katanya tenang, “disitu kamu aman.

Ia menunjuk gorong-gorong yang terbuka itu. Ada tikus keluar dari sana. Banya bacin dan pesing. Kutengok ke bawah. Kulihat kelelawar bergantungan. Aku ragu-ragu.Namun deru helikopter dengan lampu sorotnya yang mencari-cari itu melenyapkan keraguanku.

“Masuklah, kamu tidak punya pilihan lain.”

Dan gelandangan itu mendorongku. Aku terjerembab jatuh. Bau busuknya bukan main. Gorong-gorong itu segera tertutup dan kudengar gelandangan itu merebahkan diri di atasnya. Lampu sorot helikopter menembus celah gorong-gorong tapi tak cukup untuk melihatku. Kurabah senja dalam kantongku, cahayanya yang merah keemas-emasan membuat aku bisa melihat dalam kegelapan. Aku melangkah dalam gorong-gorong yang rupanya cukup tinggi juga. Kusibukkan kelelawar bergantungan yang entah mati entah hidup itu. Kulihat cahaya putih di ujung gorong-gorong. Air busuk mengalir setinggi lutut, namun makin ke dalam makin surut. Di tempat yang kering kulihat anak-anak gelandangan duduk-duduk maupun tidur-tiduran, mereka berserakan memeluk rebana dengan mata yang tidak memancarkan kebahagian.

Aku berjalan terus melangkahi mereka dan coba bertahan. Betapa pun ini lebih baik daripada harus menyerahkan senja Alina.

Di ujung gorong-gorong,di temapt cahaya putih itu, ada tangga menurun ke bawah. Kuikuti tangga itu. Cahaya semakin terang dan semakin benderang. Astaga. Kamu boleh tidak percaya Alina, tapi kamu akan terus membacanya. Tangga itu menuju ke mulut sebuah gua, dan tahukah kamu ketika aku keluar dari gua itu aku ada di mana? Di tempat persisi sama dengan tempat di mana aku mengambil senja itu untukmu Alina. Sebuah pantai dengan senja yang bagus:ombak,angin,dan kepak burung?tak lupa cahaya keemasan dan bias ungu pada mega-mega yang berarak bagaikan aliran mimpi. Cuma saja tidak ada lubang sebesar kartu pos. Jadi, meskipun persis sama,tapi bukan tempat yang sama.

Aku berjalan ke tepi pantai. Tenggelam dalam guyuran alam yang perawan. Nyiur tentu saja, matahari, dan dasat lautan yang bening dengan lidah ombak yang berdesis-desis. Tak ada cottage , tak ada barbeque, tak ada marina.

“semua itu memang tidak perlu. Senja yang bergetar melawan takdir membiaskan cahaya keemasan ke tepi semesta. Aku sering malu sendiri melihat semua itu. Alina, apakah semua itu mungkin diterjemahkan dalam bahasa?”

Sambil duduk di tepi pantai aku berpikir-pikir, untuk apakah semua ini kalau tidak ada yang menyaksikannya? Setelah berjalan ke sana ke mari aku tahu kalau dunia dalam gorong-gorong ini kosong melompong. Tak ada manusia, tak ada tikus, apalagi dinosaurus. Hanya burung yang terkepak, tapi ia sepertinya bukan burung yang bertelur dan membuat sarang. Ia hanya burung yang dihadirkan sebagai ilustrasi senja. Ia hanya burung berkepak dan berkepak terus disana. Aku tak habis pikir Alina, alam seperti ini dibuat untu apa? Untuk apa senja yang bisa membuat seseorang ingin jatuh cinta itu jika tak ada seekor dinosaurus pun menikmatinya? Sementara di atas sana orang-orang ribut kehilangan senja….

Jadi, begitulah Alina, kuambil juga senja itu. Kukerat dengan pisau Swiss yang selalu kubawa, pada empat sisinya, sehingga pada cakrawala itu terbentuk lubang sebesar kartu pos. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan aku melangkah pulang. Bumi berhenti beredar di belakangku, menjadi kegelapan yang basah dan bacin. Aku mendaki tangga kembali menuju gorong-gorong bumiku yang terkasih.

Sampai di atas, setelah melewati kalelawar bergantungan,anak-anak gelandangan berkaparan, dan air setinggi lutut, kulihat polisi-polisi helikopter sudah pergi. Gelandangan yang menolongku sedang tiduran di bawah tiang listrik sambil meniup saksofon.

Aku berjalan mencari mobilku. Masih terparkir dengan baik di supermarket. Nampaknya bahkan baru saja dicuci. Sambil mengunyah pizza segera kukebut mobilku menuju pantai. Dengan dua senja di saku kiri dan kanan, lengkap dengan matahari,laut,pantai, dan cahaya keemasannya masing-masing, mobilku bagai memancarkan cahaya Ilhai. Sepanjang jalan layang, sepanjang jalan tol, kutancap gas dengan kecepatan penuh…

Alina kekasihku, pacarku, wanitaku.
Kamu pasti sudah tahu apa yang terjadi kemudian. Kupasang senja yang dari gorong-gorong pada lubang sebesar kartu pos itu dan ternyata pas. Lantas kukirimkan senja yang ?asli? ini untukmu, lewat pos.

Aku ingin mendapatkan apa yang kulihat pertama kali: senja dalam arti yang sebenarnya?bukan semacam senja yang ada di gorong-gorong itu.

Kini gorong-gorong itu betul-betul menjadi gelap Alina. Pada masa yang akan datang orang-orang tua akan bercerita pada cucunya tentang kenapa gorong-gorong menjadi gelap.Meraka akan berkisah bahwa sebenarnya ada alam lain di bawah gorong-gorong dengan matahari dan rembulannya sendiri, namun semua itu tida lagi karena seorang telah mengambil senja untuk menggantikan senja lain di atas bumi. Orang-orang tua itu juga akan bercerita bahwa senja yang asli telah dipotong dan diberikan oleh seseorang kepada pacarnya.

Alina yang manis, paling manis, dan akan selalu manis, Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.

Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu, dengan cium, peluk, dan bisikan terhangat, dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia

Kamis, 01 Desember 2011

dia ohh dia ..

aku kira kamu cewek perfect yang tanpa ada buruknya.
tapi aku salah, ternyata kamu lebih busuk dari apapun,
sahabat yang sudah bertahun-tahun ada di sisimu., hanya kau abaikan begitu saja..
entah mengapa aku bisa jatuh ke dalam jurang kasih cintamu..
dan aku akan terus menunggumu dengan sisa kesetiaan yang masih tak kau mengerti..
aku lelah, bingung , namun bukan sebuah alasan untuk berhenti mencintaimu..
tolong , mengertilah aku dan para sahabatmu yang sudah terlalu sering kamu sakiti dan tak ada sadarmu.
terus menahan sakit karena sikapmu.. tak apa.. jika itu membuatmu  bahagia..
aku selalu menjadi ini adanya.. tak akn menjadi orang lain, sambil berharap kamu akan bisa mencintai ku begini adanya..


coba hargai orang ,teman dan sahabatmu,, jika kamu ingin dihargai jua..
aku tak bermaksud melukai hatimu, namun hanyalah sekedar peringatan kecil yang tak sepadan dengan apa yang telah kamu lakukan terhadap sahabatmu. yang selalu menangis akanmu..
kami hanya mengingini perhatianmu ,

mengertilah..